DAFTAR ISI
A. Biografi dan Riwayat Hidup Ibnu Sina
B. Filsafat Ibnu Sina
C. Karya Sang Dokter
D. Wafatnya Bapak Kedokteran Dunia
Dalam sejarah pemikiran filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina
dalam banyak hal unik, sedang diantara para filosof muslim ia tidak hanya unik,
tapi juga memperoleh penghargaan yang semakin tinggi hingga masa modern. Ia
adalah satu - satunya filosof besar Islam yang telah berhasil membangun sistem
filsafat yang lengkap dan terperinci, suatu sistem yang telah mendominasi
tradisi filsafat muslim beberapa abad.
Pengaruh ini terwujud bukan hanya karena ia memiliki sistem, tetapi
karena sistem yang ia miliki itu menampakkan keasliannya yang menunjukkan jenis
jiwa yang jenius dalam menemukan metode - metode dan alasan - alasan yang
diperlukan untuk merumuskan kembali pemikiran rasional murni dan tradisi
intelektual Hellenisme yang ia warisi dan lebih jauh lagi dalam sistem
keagamaan Islam.
A. Biografi dan Riwayat Hidup Ibnu Sina
Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir
pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak
masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah
sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya.
Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah
seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan
apapun selain belajar dan menimba ilmu.
Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada
aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan
meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau
pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah
antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk
merawat dan mengobatinya.
Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani
yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian; “Semua buku
yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan
orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah
melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat
membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku
menginjak 18 tahun, aku telah berhasilmenyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu
Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan
berbagai cabangnya.
Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga
kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami
dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok
bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari
panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di
penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan
ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.
Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah
memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis
kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang
dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis
buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu
Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan
agamanya dengan metode yang indah.
Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab
al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang
massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq,
matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai
buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu
alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi
bahan telaah.
Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa
abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas
kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit.
Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab
Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku
tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman.
Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan
Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di
universitas-universitas Eropa.
Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang
keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium
untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil
penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah
keilmuan dunia.
Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin
berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina
membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di
sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab.
Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan
hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses
mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan
pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi
lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian
pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”
B. Filsafat Ibnu Sina
Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti
teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula
sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai
ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat
dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika
menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku
bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali.
Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah
atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof
muslim sebelumnya.
Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang
penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat
paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran
Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari
faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada
pemikiran iluminasi.
Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya
semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam
yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah
menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya.
Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya
di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah
Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup
antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis
penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis
utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen
dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof
besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah
ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya
oleh para pemikir Barat.
C. Karya Sang Dokter
Sepanjang hayatnya,
Ibnu Sina banyak menu lis berbagai macam karya yang berkaitan dengan bidang
yang ditekuninya. Jumlahnya mencapai 250 karya, baik dalam bentuk buku maupun
risalah.
Karya-karyanya itu antara lain :
1. Qanun fi Thib
Kitab ini ditulis ketika ia menuntut ilmu di Rayy dan Hamadan. Qanun fi
Thib yang dalam bahasa Inggris telah diterjemahkan dengan nama The Canon of
Medicine, berisi tentang berbagai macam cara penyembuhan dan obat-obatan.
Didalamnya tertulis jutaan item tentang pengobatan dan oabt-obatan. Karena itu,
ada pula yang menamakan kitabnya ini sebagai Ensiklopedia Pengobatan.
2. Al-Magest
Buku ini berkaitan dengan bidang astronomi. Diantara isinya, bantahan
terhadap pandangan Euclides, serta meragukan pandangan Aristoteles yang
menyamakan bintang-bintang tak bergerak. Menurutnya, bintang-bintang yang tak
bergerak tidak berada dalam satu globe.
3. Asy-Syifa
Dalam buku Asy-Syifa ini, Ibnu Sina juga menuliskan tentang masalah penyakit dan pengobatan sekaligus obat yang dibutuhkan berkaitan dengan penyakit bersangkutan. Sama seperti Qanun fi Thib, kitab Asy-Syifa ini juga dikenal dalam dunia kedokteran sebagai Ensiklopedia filosofi dunia kedokteran. Kitab ini terdiri dari 18 jilid.
Dalam buku Asy-Syifa ini, Ibnu Sina juga menuliskan tentang masalah penyakit dan pengobatan sekaligus obat yang dibutuhkan berkaitan dengan penyakit bersangkutan. Sama seperti Qanun fi Thib, kitab Asy-Syifa ini juga dikenal dalam dunia kedokteran sebagai Ensiklopedia filosofi dunia kedokteran. Kitab ini terdiri dari 18 jilid.
4. De Conglutineation Lagibum
Kitab ini ditulis dalam bahasa latin, yang membahas tentang masalah
penciptaan alam. Diantaranya tentang asal nama gunung. Menurutnya, kemungkinan
gunung tercipta karena dua sebab. Pertama, menggelembungnya kulit luar bumi
lantaran goncangan hebat gempa. Dan kedua, karena proses air yang mencari jalan
untuk mengalir. Proses itu mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan
melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi
D. Wafatnya Bapak Kedokteran Dunia
Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi
setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan
namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari
peradaban besar Iran di zamannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar