DAMPAK KEKERINGAN DI DAERAH SENDURO
TERHADAP MASYARAKAT SENDURO
TAHUN 2013
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
ketuntasan
pada tugas akhir Mata Pelajaran
Sosiologi
MADRASAH TERPADU MODEL
PONDOK PESANTREN
(Madu MPP)
MADRASAH ALIYAH
NEGERI LUMAJANG
Jln. Citandui No. 75
Telp. (0334) 882987 Lumajang
Tahun Ajaran 2013 – 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Definisi
bencana menurut UU No. 24 tahun 2007). Bencana merupakan pertemuan dari tiga
unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang di picu oleh suatu
kejadian.
Kekeringan adalah
keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan
(beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu
wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim
kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan
habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh
manusia.
Kekeringan dapat
menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber
pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya.
Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan
kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun demikian, suatu kekeringan
yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk mnganalis Dampak Kekeringan Di Daerah Senduro Terhadap
Masyarakat Senduro Tahun 2013.
BAB II
B.
Jenis-jenis Kekeringan
Menurut Shelia B. Red
(1995) kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan jenisnya yaitu : kekeringan
meteorologis, kekeringan hydrologis, kekeringan pertanian, dan kekeringan
sosial ekonomi.
- Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan didasarkan pada tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau rata – rata dan lamanya periode kering. Perbandingan ini haruslah bersifat khusus untuk daerah tertentu dan bisa diukur pada musim harian dan bulanan, atau jumlah curah hujan skala waktu tahunan. Kekurangan curah hujan sendiri, tidak selalu menciptakan bahaya kekeringan.
- Kekeringan hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumber – sumber air seperti sungai, air tanah, danau dan tempat – tempat cadangan air. Definisinya mencangkup data tentang ketersediaan dan tingkat penggunaan yang dikaitkan dengan kegiatan wajar dari sistem yang dipasok (sistem domestik, industri, pertanian yang menggunakan irigasi). Salah satu dampaknya adalah kompetisi antara pemakai air dalam sistem – sistem penyimpanan air ini.
- Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan hidrologi terhadap produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini terjadi ketika kelembapan tanah tidak mencukupi untuk mempertahankan hasil dan pertumbuhan rata - rata tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman, bagaimanapun juga, tergantung pada jenis tanaman, tingkat pertumbuhan dan sarana- sarana tanah. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa diukur karena rumitnya pertumbuhan tanaman dan kemungkinan adanya faktor – faktor lain yang bisa mengurangi hasil seperti hama, alang – alang, tingkat kesuburan tanah yang rendah dan harga hasil tanaman yang rendah. Kekeringan kelaparan bisa dianggap sebagai satu bentuk kekeringan yang ekstrim, dimana kekurangan banjir sudah begitu parahnya sehingga sejumlah besar menusia menjadi tidak sehat atau mati. Bencana kelaparan biasanya mempunyai penyebab – penyebab yang kompleks sering kali mencangkup perang dan konflik. Meskipun kelangkaan pangan merupakan faktor utama dalam bencana kelaparan, kematian dapat muncul sebagai akibat dari pengaruh – pengaruh yang rumit lainnya seperti penyakit atau kurangnya akses dan jasa – jasa lainnya.
4.
Kekeringan sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan permintaan akan barang – barang
dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang disebutkan diatas. Ketika persediaan
barang – barang seperti air, jerami atau jasa seperti energi listrik tergantung
pada cuaca, kekeringan bisa menyebabkan kekurangan. Konsep kekeringan
sosioekonomi mengenali hubungan antara kekeringan dan aktivitas – aktivitas
manusia. Sebagai contoh, praktek – praktek penggunaan lahan yang jelek semakin
memperburuk dampak – dampak dan kerentanan terhadap kekeringan di masa
mendatang.
C.
Kekeringan Pada Tanaman
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
kekeringan pada tanaman meliputi (Winarko, 2004):
- Spekulasi petani di lahan tadah hujan, mengharap ada hujan tetapi tidak terjadi.
- Pelanggaran terhadap Rencana Pola dan Tata Tanam (SK Bupati) oleh petani di Daerah Irigasi (DI). Ada 2 kemungkinan: Sengaja melanggar (spekulasi)dan tidak mengetahui/tidak mendapat informasi.
- Air irigasi tidak mengalir ke lokasi, biasanya di bagian hilir DI karena jaringan irigasi rusak/tidak berfungsi.
- Bagian hilir akan kekurangan air karena bagian pengguna hulu boros air.
- Curah hujan memang dibawah normal (lebih kering daripada biasanya).
- Sumber air yang ada lebih cepat mengering/menurun debitnya (terutama di wilayah DAS).
D.
Akibat Bencana Kekeringan
Menurut Shelia B. Red (1995) bahwa Akibat bencana
kekeringan diantaranya adalah dalam sektor ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Sektor Ekonomi :
Sektor Ekonomi :
- Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan.
- Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional
- Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung
- Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi
- Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energy
- Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian
- Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan
- Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait dengan kekeringan
- Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan pada lembaga-lembaga keuangan
Sektor Lingkungan :
1. Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang
2.
Erosi-erosi angin dan
air terhadap tanah
3.
Kerusakan spesies
tanaman
4.
Pengaruh-pengaruh terhadap
kualitas air (salinisasi)
5.
Pengaruh-pengaruh
terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya daya pandang)
Sektor Sosial:
1. Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan)
2. Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-kondisi yang
terkait dengan kekeringan
3. Konflik di antara penggunan air
4. Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air
5. Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan bantuan
pemulihan
6. Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan
7. Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup
8. Kekacauan social, perselisihan sipil
9. Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan pemulihan
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Sukodono khususnya masyarakat di desa Cepoko. Lokasi ini
di pilih sebagi lokasi penelitian karena penulis merupakan siswa bertempat
tinggal di daerah tersebut sehingga dapat memudahkan saat melakukan penelitian.
B.
Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan sebelum akhir bulan November bersamaan dengan Ujian Akhir Sekolah
Semester Ganjil.
C.
Jenis Penelitian
Berdasarkan
permasalahan yang dihadapi, penelitian ini menggunakan bentuk penelitian
deskriptif kualitatif. Bentuk penelitian deskriptif kualitatif lebih mudah
peneliti dan diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses
pembelajaran dirumah. Jenis penelitian ini mampu menangkap berbagai informasi
kualitatif dengan deskripsi yang lebih berharga dari sekedar pernyataan atau
frekuensi dalam bentuk angka.
D.
Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber
sebagai berikut.
1.
Data
Primer
Data primer merupakan sumber data
yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Data ini didapat dari observasi
dan diperoleh langsung dari tiap-tiap individu yang dijadikan informan melalui
wawancara secara langsung dengan beberapa warga masyakat desa Cipoko. Mengenai
narasumber utama dalam penelitian ini adalah ketua Kepala Desa tersebut.
2.
Data
Sekunder
Data sekunder merupakan sumberdata
yang diperoleh melalui studi kepustakaan, yaitu karya ilmiah dan makalah yang
berhubungan langsung dengan masyarakat Senduro khususnya desa Cipoko.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data sepenuhnya dari lapangan, teknik pengumpulan
data yang dapat digunakan sebagai berikut.
1.
Teknik
Observasi
Observasi yang digunakan adalah
observasi partisipasi yang dikalakukan secara infoormal sehingga mampu
mengarahkan peneliti untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi yang
berkaitan dengan masalah penelitian.
2.
Teknik
Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik yang
dipakai untuk memperoleh informasi melalui percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancarai (responden) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan. Dalam penelitian iini digunakan teknik wawancara
mendalam (indeph interview).
3.
Teknik
Dokumentasi
Teknik dokumnentasi adalah teknik
yang dipakai untuk memperoleh informasi melaui pengambilan gambar dari kamera,
meliputi kegiatan proses pembelajaran siswa dengan orang tua.
F.
Teknik Pengambilan Sampel
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriftif kealitatif.
Penentuan jumlah sampel dengan melihat kriteria siswa-siswi yang menjadi
responden yang akan diteliti.
G.
Teknik Analisi Data
Teknik analisi
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif, yaitu tiga
komponen analisisnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai
proses siklus. Dalam bentuk ini peneliti bergerak diantara tiga komponen
analisis, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
BAB VI
PEMBAHASAN
1.
Memperbaharui paradigma petani terkait kebiasaan memaksakan
penanaman padi di musim kemarau.
2.
Membangun atau merehabilitasi jaringan sistem irigasi
3.
Membangung serta memelihara wilayah konservasi lahan juga wilayah
resapan air.
4.
Mengaplikasikan juga memperhatikan lebih cermat peta rawa yang
mengalami kekeringan.
5.
Menciptakan kalender tanam.
6.
Pemerintah menyediakan informasi perubahan iklim yang lebih
akurat.
7.
dan lain-lain.
BAB V
PENUTUP
B. Saran
1. Bagi
Lembaga Sekolah diharapkan dapat memantau dan lebih memotivasi siswa dalam
pengerjaan Tugas Akhir, sehingga segala kesulitan siswa bisa terpecahkan atau terselesaikan.
2. Bagi
Siswa diharapkan tetap semangat dan ciptakan rasa tanggung jawab dalam
mengerjakan Tugas Akhir, mendengarkan segala sesuatu yang disampaikan guru.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://arwansoil.blogspot.com/2010/12/pengertian-pengertian-kekeringan-antara.html diakses pada tanggal 15 Desember 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar