Oleh : Mariyatul Qibtiyah
Menjadi seorang
mahasiswa bukanlah hal mudah, namun bisa dipermudah jika kita mau untuk
menjalaninya dengan baik. Caranya, kita harus menjalankan kewajiban kita
sebagai mahasiswa dengan semestinya. Menjadi mahasiswa jangan hanya sebatas
mahasiswa biasa. Kita harus mengikuti arus pergaulan kampus, tentunya pergaulan
yang memberikan dampak positif bagi perkuliahan kita.
Di kampus, kita
harus bisa membiasakan diri untuk menunjukkan rasa sosial yang tinggi. Itu
semua bisa diwujudkan dengan bergabung dengan organisasi-organisasi yang ada di
kampus. Disana kita bisa menunjukkan bahwa kita mampu memberikan dampak yang
baik di lingkungan kampus. Kita harusnya bisa menjadi contoh bagi rekan-rekan
kita yang lain maupun junior yang akan bergabung nantinya.
Di kampus, kita
harus bisa membiasakan diri untuk menunjukkan rasa sosial yang tinggi. Itu
semua bisa diwujudkan dengan bergabung dengan organisasi-organisasi yang ada di
kampus. Disana kita bisa menunjukkan bahwa kita mampu memberikan dampak yang
baik di lingkungan kampus. Kita harusnya bisa menjadi contoh bagi rekan-rekan
kita yang lain maupun junior yang akan bergabung nantinya.
Dalam
berorganisasi, kita bisa mengenal dunia kampus lebih luas. Misalnya, kita adalah
seorang mahasiswa yang tidak terbiasa dengan pidato ataupun sering gugup ketika
berbicara di depan orang ramai, dengan berorganisasi kita akan dibina untuk hal
itu. Setidaknya, keluar dari organisasi tersebut kita mampu untuk berbicara
secara terbuka di depan orang banyak.
Aspek utama
yang harus kita miliki dalam berorganisasi yaitu mental. Jika kita sudah punya
mental untuk berlabuh pada sebuah organisasi, maka akan mudah bagi kita untuk
melanjutkan perjalanan selanjutnya. Setelah itu barulah kita melaksanakan
pembinaan dalam organisasi tersebut dengan baik. Berbeda dengan orang yang
tidak pernah berorganisasi, jangankan untuk berbicara di depan orang ramai,
berdiskusi dengan ruang lingkup yang kecilpun tidak sanggup rasanya untuk
berpendapat.
Betapa pentingnya
organisasi tidak mampu kita ukur secara formal, namun bisa kita rasakan dengan
perasaan. Dahulunya kita hanyalah seorang yang pendiam dan jarang bergaul,
setelah mencoba untuk berorganisasi maka kita bisa untuk mengeluarkan pendapat
dan berbicara dengan tenang. Kita tidak lagi merasakan gugup atau gemetar
melihat kumpulan orang yang akan mendengar apa yang akan kita ucapkan.
Seseorang yang dahulunya
tidak memiliki skill untuk berbicara sedikitpun. Namun, setelah merasakan hidup
berorganisasi, maka terasa sangat membantu disaat perkuliahan. Biasanya
seseorang hanya duduk-duduk dan mengobrol di belakang, namun setelah berorganisasi
seseorang lebih tertarik untuk duduk di bagian depan dan bertanya jawab dengan
dosen bersama teman-teman lainnya. Itulah kira-kira gambaran yang mungkin bisa
memotivasi mahasiswa di lingkungan kita ini memanfaatkan organisasi agar mampu
menemukan jati dirinya sebagai mahasiswa.
Seorang
mahasiswa akan mengarungi perjalanan panjang untuk meraih mimpinya sebagai
seorang sarjana, kemudian mendapatkan pekerjaan yang layak tentunya. Begitulah
kira-kira keinginan semua mahasiswa yang berjuang keras melewati perjalanan
panjangnya selama duduk di bangku perguruan tinggi. Perjalanan panjang itu
tidak boleh disia-siakan, karena kita harus bisa memanfaatkan segala hal yang
baik untuk memberi hasil positif bagi diri kita sendiri. Akan lebih baik jika
kita juga mampu memberikan dampak positif bagi orang lain.
Bagi mahasiswa
yang belum menemukan jati dirinya sebagai seorang mahasiswa, maka berusahalah
untuk bergabung dengan organisasi yang ada di kampus. Semua itu akan berguna
untuk kelangsungan perkuliahan dan mampu menjalin persahabatan antara sesame
mahasiswa di kampus. Janganlah menjadi mahasiswa seperti batu yang terselip
dalam pondasi, yang hanya bertahan pada satu tempat berdiam. Sama halnya dengan
mahasiswa yang hanya duduk di bangku kuliah tanpa memberikan umpan balik dalam
perkuliahan.
Mungkin kita pernah mendengar istilah “mahasiswa kupu-kupu” yang artinya mahasiswa tersebut hanya datang untuk perkuliahan semata. Sementara untuk informasi lainnya yang ada di kampus tidak ia hiraukan jika tidak ada sangkut pautnya dengan mata kuliah. Sebaiknya, kita jangan mencontoh mahasiswa yang demikian. Hendaknya kita bisa menjadi mahasiswa sejati dan mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan kita dengan berorganisasi di kampus.
Mungkin kita pernah mendengar istilah “mahasiswa kupu-kupu” yang artinya mahasiswa tersebut hanya datang untuk perkuliahan semata. Sementara untuk informasi lainnya yang ada di kampus tidak ia hiraukan jika tidak ada sangkut pautnya dengan mata kuliah. Sebaiknya, kita jangan mencontoh mahasiswa yang demikian. Hendaknya kita bisa menjadi mahasiswa sejati dan mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan kita dengan berorganisasi di kampus.
MENAKAR
PENTINGNYA ORGANISASI MAHASISWA
Organisasi pada
dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul,
bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin
dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana, data, dan
lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi Sedangkan organisasi mahasiswa yaitu organisasi yang berisikan
mahasiswa1. Kemudian organisasi mahasiswa dibedakan menjadi 2 yaitu internal
dan eksternal kampus. Organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah
wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan
kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian, mengembangkan dan menyebarluaskan
ilmu pengetatman, teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya
untuk meningkatkan tarap kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan
nasional.
Artinya dengan
definisi tersebut kita memahami betapa besarnya tanggung jawab dari organisasi
mahasiswa yang secara perlahan harus kita penuhi sebagai beban moral dalam
memperjuangan apa yang digariskan para pendahulu republik Indonesia. Menjawab
pertanyaan seberapa penting organisasi mahasiswa terdapat berbagai
metode. Dalam kesempatan ini penulis mencoba menggunakan 3 pisau analisa
singkat, yang pertama secara yuridis, filosofis, dan terakhir sosiologis.
Secara yuridis
( peraturan Perundang-undangan ) organisasi mahasiswa telah memiliki payung
hukum yang menjamin keberadannya yaitu PP NO. 60 tahun 1999 tt Perguruan Tinggi
yang kemudian secara teknis dilindungi Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia NOMOR 155
/U/1998. Banyak hal yang dijelaskan dalam peraturan tersebut baik kedudukun,
fungsi, tanggung jawab, hingga mengenai persoalaan pendanaan yang dapat berasal
dari kampus atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan
Perundang-undangan. Hal ini berakibat bahwa secara konstitusional organisasi
mahasiswa di akui dan memiliki hak-hak serta kewajiban yang melekat sesuai
peraturan tersebut.
Metode kedua
yaitu pembedahan secara filosofis, persoalan fakta sejarah bahwa mahasiswa
melalui organisasinya telah berkontribusi dalam pengawalan proses perubahan
bangsa rasanya tak perlu banyak kita bahas. Penulis justru ingin mengemukakan
apa yang dicetuskan oleh Paulo Freire (1921-1997) salah seorang tokoh
pendidikan asal Amerika Latin. Paulo freire dalam konsepnya berusaha merubah
sistem pendidikan gaya Bank yang banyak diterapkan di banyak negara maju (lebih
lanjut silakan cari tt Pailo Freire) menuju sistem pembelajaran pemecahan
masalah. Bahwa sistem pendidikan dimana pengajar lebih tau, pembelajaran hanya
proses transfer ilmu dan pembelajaran teks book sangatlah tidak cocok dengan
Negara-negara berkembang. Hal ini dikarenakan metode tersebut cenderung
menciptakan pola pikir yang mekanis dan memposisikan diri menjadi tenaga kerja
siap pakai. Seharusnya sistem pendidikan yang dibangun juga melibatkan peserta
didik sebagai bagian pokok ( subjek pembelajaran ) yang memiliki peran yang
sama dalam ruang pendidikan. Dan hal yang dibicarakan dalam kelas haruslah
mengenai persoalan terdekat dari peserta didik. Dengan melihat hal tersebut
jelaslah ormawa merupakan lingkungan yang sesuai menurut konsep poulo freire
dimana kita belajar langsung mengenau tata kelola administrasi, manajemen
organisasi, manajemen konflik, yang kemudian menciptakan mental dan jiwa
organisasi yang kuat.
Pisau analisa
terakhir yaitu pembedahan secara sosiologis atau kemanfatan untuk masyarakat
banyak. Menilik kembali pada landasan operasional Organisasi mahasiswa yaitu
Tri Dharma perguruan tinggi dalam poin tiga kita temukan “pengabdian
masyarakat”, kemudian hal inilah yang menjadi ruh dalam proses penyusunan program-program
kerja organisasi. Maka banyak kita temukan di berbagai organisasi yang
memasukan program pengabdian masyarakat bahkan membentuk divisi khusus di
dalamnya. Mungkin persoalannya kemudian seperti apa bentuk pengabdian tersebut
apakah telah mencapai tahapan pemberdayaan berkelanjutan atau masih bersifat
sporadik “datang –tinggal - kembali tahun depan”.
Terlepas dari
argumen apapun yang kita bangun mengenai pentingnya organisasi mahasiswa,
rasanya kritik otokritik tetap perlu dilakukan guna mengukur tahapan
kerja-kerja organisasi yang telah kita lakukan, seberapa besar manfaat yang
telah kita lakukan bagi mahasiswa, kampus, bahkan Bangsa dan Negara. Seberapa
sering kita turun dalam persoalan realitas kehidupan di sekitar kita, anak
putus sekolah, penggusuran, teknologi pertanian, kurang gizi dan berbagai
persoalan dekat lainnya. Atau mungkin kita masih masih berkutat pada
konflik-konflik internal yang melelahkan belum juga melakukan komunikasi,
kordinasi, bahkan konsolidasi.
Jika ada kesalahan mohon tinggalkan kritik dan saran :)
BalasHapus